ShareFB

"Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...Selamat Datang...di syahrum27.blogspot.com...elamat Datang...di syahrum27.blogspot.com..."

Kamis, 19 November 2009

Pemikiran Politik Islam Versus Pemikiran Islam Politik

Islam boleh jadi merupakan agama yang paling kaya dengan pemikiran politik. Antony Black dalam buku ini menjabarkan bahwa pemikiran politik Islam terentang mulai masalah etika politik, filsafat politik, agama, hukum, hingga tata negara. Black juga mengungkapkan bahwa pemikiran politik Islam dipengaruhi oleh pemikiran politik Plato, Aristoteles, dan Iran kuno.

Tapi keragaman khazanah pemikiran politik Islam itu bisa dikatakan bermuara pada pemikiran tentang hubungan agama dan negara. Bolehlah kita sebut pemikiran para pemikir muslim yang menginginkan pemisahan Islam dan politik sebagai pemikiran politik Islam dan pemikiran yang menghendaki penyatuan Islam dan politik sebagai pemikiran Islam politik. Ketika sejak Revolusi Prancis agama Kristen relatif telah selesai membahas hubungan gereja dan negara–bahwa gereja harus terpisah dari negara—Islam masih berkutat pada persoalan yang satu ini, sejak zaman Nabi hingga zaman kini.

Pada zamannya, Nabi membentuk sebuah komunitas, yang diyakini bukan cuma komunitas agama, tapi juga komunitas politik. Nabi berhasil menyatukan berbagai komunitas kesukuan dalam Islam. Di Madinah, tempat hijrah Nabi, beliau berhasil menyatukan komunitas sosial, yakni kaum pemukim dan kaum pendatang. Lebih dari itu, di Madinah, Nabi juga berhasil mengatur kehidupan kaum muslim , Nasrani, serta Yahudi dalam komunitas “Negara Madinah” atau “masyarakat Madinah”.

Komunitas yang dibentuk Nabi di Madinah inilah yang belakangan acap dirujuk oleh para pemikir muslim , baik yang liberal maupun yang fundamentalis, sebagai masyarakat Islam ideal. Pemikir liberal lebih suka menyebut komunitas yang dibentuk Nabi di Madinah sebagai “masyarakat madani”, sedangkan mereka yang fundamentalis lebih nyaman menyebut “Negara Madinah”.

Di masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyyah (661-850 Masehi), pemikiran politik Islam didominasi oleh perdebatan tentang sistem pemerintah atau lebih tepatnya hubungan khalifah dan negara. Kedua dinasti Islam ini cenderung menganut sistem pemerintah atau sistem politik yang tidak memisahkan agama dan negara. Bahkan agama yang direpresentasikan oleh khalifah cenderung mensubordinasi negara atau kehidupan politik di kedua dinasti.

Tapi, sejak kira-kira 850 M, pemikiran dan praktek politik yang dominan di dunia muslim adalah yang memisahkan agama dan negara. Kekuasaan dibagi antara sultan yang mengatur urusan militer serta menegakkan hukum dan ketertiban dan ulama yang mengatur urusan sosial dan keluarga.

Sejak 1000-1200 M, para pemikir muslim, seperti Al- Mawardi , Nizam al-Mulk, Al- Gazali , Ibn Rusyd , serta Al-Razi, menawarkan pemikiran politik jalan tengah atau pemikiran politik keseimbangan. Di masa-masa tersebut, sultan dan ulama saling bekerja sama dan saling tergantung.

Namun, pada 1220-1500 M, ide penyatuan agama dan politik kembali mendominasi pemikiran para pemikir muslim . Pemikir muslim yang paling menonjol pada masa itu, yang menganjurkan pemerintahan berdasarkan syariat, adalah Ibn Taimiyah. Black sendiri dalam buku ini menyebut masa itu sebagai masa “syariat dan pedang”.

Puncak pemerintahan berdasarkan syariat berlangsung pada masa kerajaan-kerajaan modern yang meliputi Dinasti Utsmani , Dinasti Safawi , dan Dinasti Mogul. Tentu saja Dinasti Utsmani , yang berpusat di Turki, menjadi dinasti paling terkemuka. Dinasti ini disebut Khilafah Islamiyah . Namun, dinasti ini mengalami kemunduran dan dibubarkan pada 1924.

Kemunduran ini menandai mulai berpengaruhnya pemikiran politik Barat. Para pemikir yang diidentifikasi sebagai pemikir liberal bermunculan. Mereka antara lain Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh , yang menganut paham pemisahan agama dan politik. Berpijak pada kemajuan Barat, para pemikir muslim ini menawarkan pemikiran modernisme . Black menyebut masa ini sebagai abad modernisme .

Tapi kemajuan Barat dewasa ini memunculkan reaksi di kalangan pemikir Islam fundamentalis. Pemikir Islam fundamentalis paling terkemuka adalah tokoh Ikhwanul Muslim, Al- Maududi , serta Sayyid Qutb . Mereka menginginkan kehidupan masyarakat muslim dewasa ini mencontoh kehidupan di masa Nabi atau setidaknya masa kejayaan dinasti-dinasti di masa awal Islam. Itu berarti mereka menginginkan tidak adanya pemisahan agama dan politik.

Jika kita perhatikan materi pemikiran Islam sejak masa Nabi hingga masa kini seperti disajikan oleh Black dalam buku ini, nyaris tiada yang baru di situ. Tapi, bagaimanapun, pemetaan pemikiran Islam secara kronologis, sebagaimana yang dilakukan oleh Black, sangat membantu kita dalam memahami alur serta dinamika khazanah pemikiran politik dunia Islam. Melalui buku ini pula, kita tahu bahwa yang terjadi sesungguhnya adalah pertarungan antara pemikiran politik Islam dan pemikiran Islam politik.

Selengkapnya...

Armageddon Versi Israel dan Amerika


Anda yang membaca buku Michael Eifanz “Lompatan Berikutnya, Pasca Irak” barangkali sempat berfikir tentang ‘kiamat’ ketika sampai pada halaman 119. Pada halaman tersebut terdapat “maklumat” yang melihat perlunya ‘menentukan’ waktu hari kiamat yang “dekat dan sangat dekat” (antara tahun 2018 dan tahun 2027). Dalam keyakinan penulis buku tersebut, Israel telah memulai kehidupan generasi akhirnya sebelum peristiwa Armageddon (kiamat).


Kemudian tiba masa penjajahan secara utuh atas bumi Palestina sejak 1967 untuk menegaskan akan terjadinya ramalan tersebut. Sejarah kemudian mencatat peristiwa perang Irak yang menegaskan hubungan abadi baru antara Babilonia dengan Yerusalem. Yang pertama adalah kegelapan dan yang kedua adalah cahaya. Kehancuran masa pertama adalah syarat munculnya masa kedua. Ini yang termaktun dalam kitab perjanjian lama, Taurat dimana Babilonia (Irak) disebutkan tak kurang dari 300 kali sebagai negeri langkah pertama dan penjelmaan setan pertama dalam jasad budak yahudi (Amerika) dan janji yang pertama adalah Armageddon.


Amerika belum melakukan janji yang pertama itu. Jadi, tinggal menunggu pelaksaan dari kehendak tuhan. Perang tersebut sudah disebutkan dalam kitab perjanjian lama. Nasib Saddam juga disebutkan. Kehancuran pun sudah disebutkan. Bahkan ciri tank-tank Ibramz pun termaktub.


Karenanya, pernyataan bahwa jalan menuju Yerusalem melewati Bagdad bukan geostrategi bagi Amerika. Sangat sangat sederhana “ia adalah pelaksanaan kehendak tuhan“. Di mana Amerika akan mengikuti kronologi Taurat dan akan bertemu dengan Al Masih di Yerusalem. Peristiwa 11 September hanyalah siasat tuhan dengan menggunakan tangan ‘fundamentalis Islam’ untuk mengeluarkan terkutuk Amerika dari perbudakannya untuk memerangi jutaan orang setiap hari hingga sampai hari kebangkitan.


Tidak ada kepentingan melebihi mendatangkan Armageddon. Itu tidak akan terjadi kecuali dengan eksisnya yahudi di bumi Palestina, semuanya. Meski itu “janji” harus berhadapan dengan kaum muslimin tanpa batas. Yaitu “mereka mampu kita bebaskan buminya tapi tidak kita bebaskan hatinya” (hal:110). Tak masalah dengan hal tersebut kalau waktu yang dijanjikan hanya dengan hitungan tahun.


Rakyat Palestina dalam konteks kayakinan mereka ini dianggap “iblis”. Keberadaan mereka hanya dianggap penghalang untuk menghadap tuhan. Bagi George Bush – yang dikagumi habis-habisan oleh Michael Eifanz – harus berhenti dari berjalan dalam menghadapi ganguan kaum liberal. Taurat baginya adalah “Peta Jalan” satu-satunya (judul terakhir tulisan Michael Eifanz). Yang menolak kembalinya Palestina atau tuntutan-tuntutan mereka. Bahkan mereka harus diusir karena ia adalah tempat pendudukan. Bumi yang dijanjikan tidak boleh diberikan kepada teroris Mesir, Yaser Arafat. Atau ada kompromi dengan Mahmud Abbas. Eifanz mengancam Bush, “jika anda tidak melakukan apa yang aku katakan maka kamu telah condong kepada politik berdasarkan ralaman.”


Barangkali pembaca tertawa dengan “khurafat” salah satu pemeran “al masih Zionis” Amerika ini. Tidak! Pembaca jangan tertawa. Barangkali ia harus bersedih. Eifanz sendiri yang sedang sakit ingatan. Tapi ternyata ia tidak sendiri. Puluhan orang Amerika juga memiliki keyakinan yang sama. Bahkan mereka adalah basis massa aktif partai republik Amerika. Bush dekat dengan mereka. Karena mereka memiliki peran dan koalisi di pemerintahan. Karena aspirasi mereka diperhitungkan oleh Bush.


Berdasarkan catatan, selama perang dunia terakhir (kedua) buku-buku yang memberikan kabar gembira atau memperingatkan kiamat dekat banyak disembunyikan dengan rahasia. Jika sebagian orang berbicara tentang “seni mengakhiri krisis”, tapi itu tak menghalangi Amerika untuk membaca buku-buku yang bertema “dari Irak ke armageddon” , “Irak Babilonia akhir krisis”, “Kebangkitan kedua di Babilonia”, “Babilonia, Irak, krisi masa depan di timur tengah” “Babilonia Saddam” “Armageddon, minyak, dan krisi timur tengah” dan masih banyak yang lainnya.


Buku-buku ini hanyalah kumpulan dari jenis-jenis pemikiran sederhana; bahwa perang atas Irak adalah dalam rangka mewujudkan ramalan Taurat yang akhirnya adalah membangkitkan Yerusalem dari puing-puing Babilonia untuk mempersiapkan kedatangan al masih, yang menurut orang kristen merupakan kedatangan ke dua. Tapi menurut yahudi itu kedatangan pertama. Meski pada akhirnya ada koalisi kepentingan pada tahap berikutnya antara kedua kubu. Kita tidak saja berhadapan dengan buku-buku itu saja. Kaset, buletin, radio, dan telefon semuanya digunakan untuk memeriahkan sastra Tim Lahe, teman Eifanz. Dengan media-media tersebut ia menyampaikan dongeng-dongeng Taurat tentang kebangkitan dan ramalan armageddon.


Sesungguhnya Michael Eifanz berjuang demi kebebesan dari dunia kegelapan dan kesempitan ufuk. Ia berkeyakinan bahwa penting membela Israel melawan kebohongan dan propaganda musuh-musuhnya. Ia menganggap bahwa sudah merupakan hak Israel untuk tinggal di tanah Israel. Inilah pemikiran Benyamin Netanyahu, arsitek hubungan Israel dengan fundametalis kristen. Sementara Ariel Sharon memberikan penghargaan pribadi kepada Eifanz dalam tulisan resminya.


Jika di satu sisi kita letakkan ideologi sebagai standar maka akan kita akan temuakan hal sama pada seruan yang disampaikan oleh kaum ekstrim di pemerintahan Amerika. Benar, kedua pihak tidak berjalan dengan latar belakang satu pemikiran. Tapi tepatnya, faktor motifasi tindakan sama. Bukan suatu yang tiba-tiba. Karenanya, Bush memilih pejabat yang penanggung jawab untuk kawasan Tim Teng yang bernama Eliot Abramaz. Tema terakhir ini cukup untuk membuat satu tulisan tentang koalisi mendesak antara Kanan Ekstrim Kristen dan pendukung Israel di Amerika. Koalisi ini adalah faktor utama pendorong terjadinya perang sekarang. Dan masih di bawah propaganda bahwa Irak adalah permualaan dan harus ada lompatan selanjutnya….sampai hari kiamat! (attur)

Selengkapnya...

Keajaiban al-Qur`an dilihat secara Matematika


Dengan banyaknya hal2 yang selalu kelipatan 19 aku makin percaya.Soale di Kitab yang lain gak ada dan gak mungkin bisa.Probabilitynya untuk dapat menulis seperti ini hanya ada satu dalam satu septilion.Nah Monica pasti belum tahu bilangan opo septilion itu ha ha ha.


Like the Quran itself, the Quran's mathematical Miracle ranges from the very simple ,to the very complex. The simple facts are those observations that can be
ascertained without using any tools. The complex facts require the assistance of a
calculator or a computer. The following facts do not require any tools to be verified,
but please remember they all refer to the original Arabic text:


1- The first verse 1:1 known as "Basmalla" consists of 19 letters.


2- This verse was revealed to Muhammed after 74:30, which states"Over it is 19". not a coincidence.


3- The Quran consists of 114 suras, which is 19X6.


4- The total number of verses in the Quran is 6346, or 19X334 (6234 numbered
verses and 112 unnumbered verses (Basmalla). 6234+112=6346. notice also that 6+3+4+6= 19


5-The Basmalla occurs in the Quran 114 times, despite its conspicuous absence
from Sura 9 (it occurs twice in Sura 27) and 114 = 19 X 6


6- From the missing Basmalla of Sura 9 to the extra Basmalla of Sura 27, there are precisely 19 Suras.


7- It follows that the total of the sura numbers from 9 to 27 9+10+11+12..... . +26+27) is 342, or 19X 18


8- This total (342) also equals the number of words between the two Basmallas of
sura 27. and 342 = 19X18

9- The famous first revelation (96:1-5) consists of 19 words.


10- This 19-worded first revelation consists of 76 letters, & 76=19X4


11- Sura 96, first in the chronological sequence, consists of 19 verses.


12- This first Chronological sura is placed atop the last 19 suras.


13-Sura 96 consists of 304 Arabic letters and 304 = 19X16


14-The last revelation (Sura 110) consists of 19 words.


15-14 different Arabic letters, form 14 different sets of "Quranic Initials" (Such as
A.L.M., of 2:1) and prefix 29 suras.These numbers add up to 14+14+29=57 19 X 3


16- The total of the 29 sura numbers where the Quranic initials occur is 2+3+7....+50+68=822, and 822 +14 (14 sets of initials)=836 =19X44


17- Between the first intialed Sura (Sura 2) and the last intialed Sura (Sura 68)
there are 38 un-initialed suras , 38=19X2


18-Between the first and last initialed sura there are 19 sets of alternating "initialed" and "uninitialed" Suras,

19-The Quran mention 30 different whole numbers throughout,
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,19,20,30,40,50,60,70,80,99,100,200,300,1000,2000,
3000,5000,50,000, & 100,000. The sum of these numbers is 162146 = 19X8534 The following 2 facts may need some help with a calculator.


20- The word God (ALLAH) occurs throughout the Quran in its 114 Suras
2698 times and 2698= 19X142.


21-The number of verses where the word God occurs add up to 118123
also a multiple of 19, = 19X6217


22-The Quran's dominant message is that there is only "ONE GOD"
The word 'One", in Arabic "Wahid" in reference to God occurs 19 times
throughout the Quran.


23-The word "Wahid" itself, (one) has a numerical value of 19.
W=6, A=1, H=8, D= 4. These are a well known values.


24- The first Pillar of Islam is stated in 3:18 as "La Elaaha Ella Hoo".(There is no
other God besides Him). This most important expression occurs in 19 suras.


25.Bentuk huruf Hijaiyah yang diberikan otoritas dalam penulisan Quran sudah saya hitung ada 19 macam bentuk,bahkan salat 17 rakaat perhari itupun sarat dengan bilangan berfaktor 19. Al Walid ibn Al Mughirah pernah berkata: Al Quran itu tidak lain hanya perkataan manusia. Ucapan Al Mughirah itu terpateri dalam Al Quran:


-- AN HDZA ALA QWL ALBSYR (S. ALMDTSR, 74:25), dibaca: in ha-dza- illa- qaulul basyari (s. almuddatstsir), artinya: Ini tidak lain hanya perkataan manusia.

Maka kepada Al Mughirah yang dahulu, dan semacam Al Mughirah dewasa ini serta yang akan datang, yang bervisi Al Quran itu "man made", Allah memberikan "sengatan", seperti sengatan neraka Saqar, dalam FirmanNya:


-- LWAht LLBSYR (S. ALMDTSR, 74:29), dibaca: lawwa-hatul lilbasyar, artinya: sengatan bagi manusia.


Berupa apa itu sengatan? Yaitu bilangan interlocknya Al Mushhaf Al Rasm Al 'Utsmaniy (Teks Al Quran Ejaan 'Utsmani), seperti FirmanNya:


-- 'ALYHA TS'At 'ASYR (S. ALMDTSR, 74:30), dibaca: 'alaiha- tis'ata 'asyara, artinya: Padanya 19.


Ayat (74:30), adalah satu-satunya ayat dalam Al Quran yang menyebutkan bilangan tanpa substansi. Sehingga jumlah 19 bisa mengenai apa saja dalam Al Quran, pokoknya yang bergender perempuan, sebab HA adalah dhamir ghaybah (kata ganti ketiga gender perempuan tunggal). Jadi bisa investigasi dilakukan pada Surah(*), atau pada Ayat(*) berupa jumlah = kalimat(**) atau berupa kalimah = kata(***) di dalam Al Quran.


Secara singkat kita mulai dengan Surah. Ambillah misalnya Surah yang di dalamnya termaktub SK pengangkatan Muhammad menjadi Nabi dan RasuluLlah, yaitu Surah Al'Alaq. Surah ini terletak pada posisi ke-19 dari belakang, dan terdiri dari 19 ayat, serta huruf sebanyak 285 = 19 x 15. Selanjutnya Ayat berupa kalimat. Ambillah misalnya Ayat (1:1), yaitu Basmalah (transliterasi huruf demi huruf): BSM ALLH ALRhMN ALRhYM, ada 3+4+6+6 = 19 huruf.


Selanjutnya akan kita ambil substansi Ayat yang berupa kata. Kita pilih kata Shalat, dan pilihan kata ini menjadi fokus dalam Seri 652 ini. Yaitu Shalat, Rukun Islam yang kedua, khusus di terima RasuluLlah SAW pada waktu Mi'raj, yaitu tidak sama dengan ke-empat Rukun Islam yang lain yang diterima beliau di bumi ini.


Shalat wajib 5 waktu terdiri atas 17 Raka'at dalam sehari semalam.
1. Shubuh 2 raka'at
2. Zhuhr 4
3. 'Ashar 4
4. Maghrib 3
5. 'Isya 4
--- +
17 raka'at


Kita susun jumlah raka'at tersebut: 24434, ini habis dibagi 19, yaitu 24434 = 19 x 1286. Coba perhatikan hasil bagi 1286 itu, jumlahnya = 1+2+8+6 = 17. Dengan bilangan pembagi 19, maka bilangan yang dibagi dengan bilangan hasil bagi sama-sama jumlahnya 17. Tidak cuma-cuma Nabi Muhammad SAW menerima Rukun Islam kedua ini pada waktu Mi'raj. Bagi Taufik Adnan Amal dosen IAIN Alauddin Makassar, itu bukan mitos, melainkan data numrik, murni matematis, eksak, tidak seperti hermeneutika, itu pistol mainan anak-anak, yang pakai pendekatan historis yang tidak eksak.


Kita lanjutkan; letakkan no.urut shalat di depan setiap raka'at, maka menjadilah: 21 42 43 34 45, dirapatkan menjadi 2142433445, masya-Allah ini lagi-lagi bukan mitos, ini data numerik yang eksak, sebab 2142433445 = 19 x 112759655.


Selanjutnya kita susun jumlah raka'at setiap hari 17 17 17 17 17 17 15 , enam hari masing-masing 17 raka'at, kecuali hari Jum'at 15 raka'at. Kita rapatkan, menjadilah 17171717171715. Lagi-lagi ini bukan mitos tetapi data numerik, masya-Allah 17171717171715 = 19 x 903774587985.


Masih belum selesai, kita lanjutkan. Sisipkan no.urut 1 s/d 7 pada masing-masing jumlah raka'at, menjadilah: 1-17 2-17 3-17 4-17 5-17 6-17 7-15 lalu mari dirapatkan 117217317417517617715, masya-Allah ini habis dibagi 19, harus pakai kalkulator 21 digit, hasilnya? Ini dia: 6193332495658821985.


Belumlah berakhir; analog dengan di atas, namun yang 15 raka'at ditaruh paling depan, menjadi 115217317417517617717, kita pakai kalkulator 21 digit, hasilnya = 19 x 6064069337764085143.


Ini yang terakhir, yang 17 diganti dengan 24434 untuk hari-hari biasa dan untuk hari Jumlat 15 diganti dengan 22434 (4 diganti 2, karena pada hari Ju'mat Zhuhur diganti shalat Jum'at 2 raka'at), maka menjadilah:


1 24434 2 24434 3 24434 4 24434 5 24434 6 24434 7 22434, dirapatkan menjadi:
124434224434324434424434524434624434722434. Ini mesti pakai kalkulator 42 digit yang sangat khusus, hasilnya = 19 x 6549169707069707074970238128138128143286

Tidak percaya? Boleh ditest dengan cara perkalian tradisional, pakai kertas dengan pinsil, seperti berikut:

6549169707069707074970238128138128143286
19
----------------------------------------- x
58942527363627363674732143153243153289574
6549169707069707074970238128138128143286
------------------------------------------ +
124434224434324434424434524434624434722434


(*) Kalau berdiri sendiri atau di akhir kalimat, dibaca Surah dan Ayah, kalau pada permulaan atau pertengahan kalimat dibaca Surat dan Ayat. Setelah diadopsi menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia menjadi Surah dan Ayat.


(**) Jumlah dalam bahasa asalnya berarti susunan kata, yaitu kalimat, setelah diadopsi menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia jumlah bergeser artinya menjadi hasil pertambahan.


(***)Kalimah dalam bahasa asalnya berarti kata, setelah diadopsi menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia yaitu kalimat, lalu bergeser artinya menjadi susunan kata.
Tawangalunse


Sumber : http://www.opensubscriber.com/message/zamanku@yahoogroups.com/4321169.html

Selengkapnya...

Pro kontra UIN dan IAIN

Dosen tetap di fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Seorang dosen di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menceritakan, bagaimana pemahaman relativisme berkembang subur di kampus seperti UIN dan IAIN.

Banyak yang berharap dari rahim Universitas Islam Negeri (UIN), atau dulu dikenal dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), akan lahir ulama, cendekiawan Muslim, atau dai yang akan membina umat.

Namun, sebagian orang menilai justru sebaliknya. Di kampus inilah paham liberalisme dan relativisme berkembang-biak. Benarkah?

Akhir Desember 2007 lalu, Achmad Warid Khan , seorang dosen tetap di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga , Yogyakarta, mengirim sebuah opini ke kantor redaksi Hidayatullah tentang "penggerogotan" agama di kampus Islam itu.

Ia menjelaskan panjang lebar bagaima pemahaman rasional dan relativisme berkembang begitu subur di kampus-kampus UIN dan IAIN, khususnya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam kesempatan berikutnya, redaksi Hidayatullah sempat berbincang-bincang dengan suami Siti Fatimah, berusia 40 tahun, ini. Perlu diketahui, Warid telah menjadi staf pengajar di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga semenjak tahun 1980 hingga hari ini.

Pria asal Madura ini sempat kehilangan kesempatan menyelesaikan desertasinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, gara-gara pendarahan otak. Ia koma selama 40 hari, bahkan hampir saja akan dimakamkan.

Setelah sembuh, ia banyak berubah. ”Saya segera sadar akan kekeliruan saya selama ini, " ujarnya.

Sebelumnya, ia masih suka bolong-bolong dalam beribadah. Sang istri menambahkan, sebelum sakit si suami seolah berperilaku layaknya orang tak lulus sekolah agama.

Berikut perbincangan Cholis Akbar dari Majalah Suara Hidayatullah dengan Achmad Warid Khan.

WAWANCARA DENGAN ACHMAD WARID KHAN
Apa latar belakang Anda mengirim artikel tentang kondisi kampus UIN ke redaksi majalah kami?
Saya mengirimkan artikel itu karena saya merasa ajaran Islam telah kehilangan ruhnya di tangan para intelektual UIN.

Apa posisi Anda di UIN?
Saya masih dosen tetap di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Jadi, tulisan tersebut merupakan pengakuan saya sebagai dosen UIN sendiri yang telah merasakan bahwa ilmu agama yang saya peroleh dari UIN bukan menambah baik ibadah dan keimanan saya, tapi justru sebaliknya.

Apa maksud Anda?
Saya merasakan ibadah saya dan keimanan saya justru bertambah tidak karu-karuan (tidak baik).

Lho, IAIN dan UIN kan perguruan tinggi Islam. Apakah tidak malah sebaliknya makin bertambah baik?
Seharusnya (memang begitu). Tapi, ini terjadi karena dalam memahami ajaran Islam di UIN, umumnya menggunakan sumber-sumber dari Barat.

Maaf, dan itu, umumnya ditulis oleh para orientalis dan bukan merujuk pada Al-Quran sendiri. Metode ilmiah itulah yang terkesan oleh saya telah menggerogoti Islam.

Mungkin, di sini letak kesalahannya. Saya pernah berfikir, apa memahami agama kita (Islam) perlu memakai teori dari Barat? Tidak cukupkah kita kembali saja pada Al-Quran sebagai rujukan utama?

Maaf, ini pengakuan pribadi saya. Tentu saja, opini saya ini bersifat subyektif.

Bukankah metode atau pendekatan itu bisa diambil dari mana saja, bahkan dari Barat sekalipun?
Ya, benar. Tapi, kalau urusan agama, terutama masalah keimanan, apa tepat? Maaf, sering saya jumpai karya-karya ilmiah para intelektual di UIN dalam menjelaskan agama dan dalam memahami agama selalu menggunakan teori-teori Barat. Entah sosiologi, psikologi, metode filisofis, fenomenologi, dan sebagainya.

Menurut saya, diakui atau tidak, efeknya akan menjauhkan ibadah dan keimanan kita. Padahal, harus diingat firman Allah SWT yang artinya: "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk ber-ibadah pada-Ku."

Jadi, seharusnya setiap motode yang kita pakai, output-nya berorientasi pengabdian kepada Allah SWT. Jujur lho, banyak intelektual UIN lebih bangga membuat karya ilmiah tentang Islam menggunakan referensi teori-teori Barat. Pakai bahasa Inggris lagi.

Referensi Barat memang bisa ditulis oleh orang Islam. Tapi yang harus diwaspadai, jangan-jangan pikiran-pikiran mereka telah terkontaminasi oleh pikiran-pikiran orientalis tentang agama Islam ini.

Seharusnya mereka bangga kalau memahami atau mempelajari Islam mereferensi pada Al-Quran, as-Sunnah, dan kitab-kitab yang banyak dikarang para ulama Salaf kita.

Maaf, nanti saya dikira berkhutbah. Saya sekadar menyegarkan kembali kesadaran kita terhadap fungsi Kitab Suci kita.

Seberapa jauh fenomena seperti itu di UIN?
Wah bagaimana ya? Baru-baru ini pihak fakultas meloloskan skripsi berjudul Menggugat Otensitas Wahyu Tuhan karya Aksin Wijaya. Yang lebih mengecewakan, skripsi itu diberi kata pengantar oleh teman saya sendiri, Dr Phil. M. Nur Kholis Setiawan (Dr Nur Kholis Setiawan adalah dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penulis buku "Al-Quran Kitab Sastra Terbesar" yang juga murid Dr Nasr Hamid Abuzayd, tokoh liberal yang dihukum murtad para ulama Mesir).

Kasus-kasus seperti ini tidak sedikit. Orang-orang seperti ini, yang seharunya ditolak menjadi sarjana Islam dan jelas-jelas melecehkan Al-Quran, justru diloloskan menjadi sarjana. Anda bisa bayangkan, berapa orang dalam setiap tahun yang lulus dengan keadaan seperti itu?

Satu hal lagi yang tidak kalah penting. Saya sering menjumpai di kampus UIN, agama ini hanya diwacanakan dan maraknya memahami agama hanya dengan akal. Wajar saja jika lahir orang-orang yang memahami agama tapi tak mengamalkannya.

Mengapa kita tidak melihat sikap Sayyidina `Umar (dalam sebuah riwayat) ketika ditanya, "Mengapa tuan mencium batu Hajar Aswad?” Beliau menjawab "Jika tidak karena Rasulullah SAW mencium Hajar Aswad, saya tidak mencium Hajar Aswad."

Seharunya, perilaku kita sebagaimana Sayyidina `Umar ini dalam cara beragama yang benar. Yakni, sami' na wa atha'na (Kami mendengar, kami menjalankan).

Dalam memahami Islam, ada hal yang tidak rasional yang jelas tak bisa dipahami menggunakan logika akal. Tapi, umumnya, di kampus UIN kita harus mendahulukan peran akal. Sementara kemampuan akal kita sangat terbatas. Akibatnya, kita jadi suka berwacana dan berdebat. Padahal, dalam beragama kita kering spritualitas.

Anda menyebut ruh agama telah hilang di UIN/IAIN? Apa maksudnya?
Ilmu agama kehilangan nilai normatifnya. Padahal, nilai normatif itulah ruhnya agama. Maksud saya, nilai normatif di mana dalam ajaran-ajaran Islam itu mengandung tujuan untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Dan dengan ajaran agama itu pula seharusnya makin meningkatkan keimanan dan ibadah kita.

Tapi ternyata ruh itu banyak yang hilang. Orang yang kuliah di UIN atau IAIN seharusnya makin baik dan beriman. Tapi sebaliknya, menjadi nggak karu-karuan (tidak baik). UIN tidak membuat saya semakin dekat dengan Tuhan, tapi malah membuat saya semakin jauh dari Tuhan.

Kapan Anda menyadari itu?
Cukup lama. Terutama ketika Allah SWT memberikan saya musibah sakit. Di saat saya sembuh, saya sering merenung berlama-lama usai shalat tahajjud. Ada somethink wrong (sesuatu yang salah) dalam tradisi keilmuan di UIN. Seharusnya semakin tinggi pemahaman saya terhadap agama, semakin meningkat pula keimaman saya. Tapi ini kok justru sebaliknya.

Lantas, apa tujuan Anda mengungkapkan ini?
Mudah-mudahan latar belakang ini dijadikan pertimbangan dan bisa memberikan penyadaran pada teman-teman kami di UIN Yogyakarta (khususnya), bahwa apa yang mereka lakukan dalam memahami agama dengan cara seperti itu kurang tepat.

Pernyataan ini saya lakukan sebagai otokritik terhadap kampus saya sendiri, tempat saya mengabdi sebagai staf pengajar selama bertahun-tahun. Ini merupakan hasil perenungan saya dalam waktu yang sangat lama. Tapi tentu saja karena ini pengakuan pribadi, maka bersifat subyektif.

Tapi kan tak semua produk UIN/IAIN sejelek itu?
Mungkin benar. Tapi realitasnya, harus diakui dan ini harus menjadi kesadaran bersama bagi civitas akademika UIN bahwa moralitas di sana jauh dibanding perguruan tinggi umum yang tidak berlabelkan Islam. Ini memang sebuah ironi.

Satu lagi, banyak produk pemikiran UIN menjadi kontroversi atau pro-kontra di masyarakat. Dengan kata lain, banyak produk yang mengganggu ketenangan hidup beragama masyarakat.

Mengapa kita tidak banyak berintrospeksi diri? Ada apa gerangan dengan kondisi kita? Mengapa hasil pemikiran orang-orang UIN sering menggelisahkan masyarakat? Mengapa kita tidak berfikir melahirkan gagasan dan produk yang bisa menjadikan masyarakat lebih tenang beribadah dan lebih baik keimanannya?

Secara pribadi, saya lebih bangga melihat sarjana UIN atau IAIN menjadi ahli-ahli ibadah dibanding ahli-ahli berdebat. Saya bangga kalau almamater saya melahirkan cendikiawan-cendikiawan yang bisa mengomandani masyarakat sehingga istiqama­h shalat tahajjudnya, atau puasa Senin-Kamisnya.

Tapi, mungkin pikiran saya ini tidaklah terlalu laku di UIN. [diambil dari Majalah Suara Hidayatullah, edisi Pebruari 2008/www.hidayatullah.com]

Selengkapnya...

Ahmadinejad menghina 2 orang sahabat Rasullah

Di tengah eforia kemenangannya dalam pemilu Iran yang baru saja digelar, Ahmadinejad sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad saw.

Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu—lebih gila lagi—disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.

Seperti yang diketahui, Iran yang berbasis Syiah ini—salah satu aliran Islam yang dianggap menyimpang—sudah sejak lama mempersempit ruang gerak para jamaah ahli Sunnah (kaum Sunni). Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, bahkan para jamaah Sunni mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini.

Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”

Padahal dalam sejarah, Talhah dan Zubair, dua orang sahabat Rasul itu, tak pernah bertempur dengan Muawiyah, karena keduanya meninggal lama sebelum peperangan Jamal di tahun ke-36 kekhalifahan Islam di mana Muawiyah menjadi rajanya.

Pernyataan Ahmadinejad ini sudah jelas kemana arahnya, yaitu membuat sebuah perbandingan atas sahabat Rasul dulu dengan kejadian politik saat ini di Iran—berkaitan dengan rivalnya Mousavi. Sebelumnya, Ahmadinejad sudah sangat sering menghina sekitar 15 juta penganut Sunni di Iran. Bahkan, pendahulu Ahmadinejad, Rafidi menghina dan menganggap remeh alias menyepelekan 90% Muslim seluruh dunia.

Namun demikian, masih banyak juga pihak atau pengagum Rafidi dan pengingkar sahabat Rasul lainnya seperti Ahmadinejad ini. Mereka adalah orang yang tidak menyadari gerakan Syiah atau mereka yang tak mau memahami rejim 12 Imam ini yang merupakan musuh terbuka terhadap para sahabat Rasul. (sa/alqimmah/sunni-news/ayandenews)

Selengkapnya...

Mona Plaza Hotel terletalk dekat kota pekanbaru


Ternyata hotel mona tidak jauh dari bandara dan pusat kota. alamatnya ne:...
Harga terbaik dijamin untuk hotel-hotel lokal seperti Hotel Ibis Pekanbaru dan Sahid Raya Pekanbaru Hotel, melalui kemitraan mereka dengan Agoda.web.id, layanan pemesanan hotel berbasis Asia.

Situs web pemenang penghargaan kami yang cepat dan aman berisi informasi mengenai landmark seperti Pekanbaru - Simpang Tiga airport, area kota seperti Pekanbaru dan sejumlah besar hotel Pekanbaru mulai dari $33, seluruhnya didukung pusat layanan pelanggan yang tersedia 24 jam/hari, 7 hari/minggu.

Saat ini menjadi salah satu anggota terhormat dari daftar situs perjalanan Priceline.com, Agoda.web.id memiliki spesialisasi dalam Pekanbaru pemesanan hotel.
Jl Raya Pekanbaru-Bangkinang Km 12 No. Telepon telepon

Selengkapnya...