Allah menciptakan bilangan seebagai bahasa universal yang dapat ditemui di seluruh ciptaan Nya ang dijabarkan dalam bentuk satuan ukuran massa, volume, kecepatan dan lain sebagainya. Bilangan juga digunakan oleh manusia sejak dari rahim ibu hingga ajal menjelang. Termasuk aspek ibadah dalam islam seperti bilangan rakaat shalat, persentase zakat, pembagian warisan, bilangan zikir, jumlah hari berpuasa bahkan ibadah haji (lempar jumrah, thawaf, sa’i dsb).
Alqur’an banyak menyebut tentang bilangan, yang salah satunya adalah bilangan 19. Bilangan ini hanya disebut 1 kali dan merupakan bilangan yang turun di awal-awal wahyu serta satu-satunya bilangan yang disebut secara tegas dalam Al Qur’an sebagai bilangan ujian. Sebab turunnya ayat mengenai bilangan ini berkaitan dengan peristiwa adanya segolongan kaum yahudi yang bertanya dengan sahabat Nabi Muhammad SAW tentang penjaga neraka. Ia kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad SAW dan turunlah surat Al Muddatsir ayat 30 ketika itu juga, yang menegaskan bahwa penjaga neraka berjumlah Sembilan belas.
“Di atasnya ada 19” (QS.Al Muddatsir /74:30)
Turunnya ayat ini menjadi cemoohan orang-orang kafir seperti perkataan Abu Jahal: “Wahai kaum Quraisy ! Muhammad mngatakan bahwa tentara Allah yang akan mnyiksa kalian di Neraka berjumlah Sembilan belas, padahal kalian jauh lebih banyak jumlahnya. Apakah seratus orang diantara kalian tidak mengalahkan diantara salah-saru dari mereka? ”
Seorang lelaki dari kaum Quraisy yang dikenal dengan julukan Abu Al Asyad ibn Kaidah al Jumahi mengatakan : “Hai kaum Quraisy, jangan kalian merasa ngeri menghadapi 19 malaikat itu. Aku akan membela kalian dengan tangan kananku ini untuk menghadapi 10 malaikat, dan tangan kiriku untuk menghadapi 9 malaikat lainnya”.
Kemudian Allah menurunkan firman berikutNya:
Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan dari Malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu (iddatum) melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-oarang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang mu`min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan orang Kafir (mengatakan) : “apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan sebagai perumpamaan?”. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikhendakiNya dan member petunujuk kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar (hiya) itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS.Al Muddatsir/74:31)
Bilangan 19 menjadi ujian bagi orang kafir, bagi orang yang diberi Al Kitab (pengetahuan) menjadi yakin dan bagi orang yang beriman agar bertambah keimanannya. Allah telah mengantisipasi kesucian Al Qur`an dari serangan orang-orang yang ingin mnghancurkan dengan proteksi metematika sebagai sebuah aksioma yang tak terbantahkan lagi.
Bagaimana bilangan tersebut dapat menambah keyakinan orang yang berilmu, menambah keimanan dan menghilangkan keraguan tentang Al Qur`an? Dan apa maksud Allah menjadikan bilangan 19 sebagai perumpamaan? Pertanyaanya ini merupakan sebua bentuk penolakan kaum kafir terhadap bilangan 19 dan ini dibanta oleh Allah bahwa bilangan 19 tersebut adalah salah satu dari tentara-tentara Allah yang mengokohkan posisi Al Qur`an sebagai kitab yang benar. Hal ini semakin jelas tatkala banyaknya pembuktian Al Qur`an secara matematis dengan menggunakan formula keseimbangan bilangan 19.
Bilangan ini merupakan sebuah bilangan yang merujuk pada Saqar yang sebagian besar diartikan sebagai salah-satu nama neraka, tempat orang-oarng yang meragukan kebenaran Al Qur`an dan menganggap Al Qur`an sebagai karangan manusia.
Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: “Al Qur`an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang terdahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” Aku akan memasukkannya kedalam Saqar, tahukan kamu apa (neraka) Saqar? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Pembakar kulit manusia, (Al Muddatsir/74:21-29)
Alangkah menakjubkannya Al Qur`an dimana salah-satu keajaiban adalah dengan adanya formula pmbagian bilangan 19 yang tidak meninggalkan (tuhqi) dan membiarkan (tadzar) bilangan lain. Dan kata Saqar itu sendiri diambil dari kata “saqara” yang diartikan sebagai sengatan terik matahari atau besi panas yang digunakan men-cap binatang atau dengan kata lain “Stempel”. Sehingga makna dari pengertian kata saqar adalah stempel Allah yang diatasnya ada bilangan 19 yang tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, tanpa sisa, sempurna. Dan bilangan 19 diatas saqar merupakan Zikraa Lil Bashar (peingatan bagi manusia)
Isyarat lainnya adanya keseimbangan ini dapat dilihat dalam ayat-ayat berikutnya yang berisi sumpah-sumpah Allah.
Sekali-kali tidak, demi bulan, (Al Muddatsir/74:32) dan malam ketika telah berlalu, (Al Muddatsir/74:33) dan subuh bila mulai terang. (Al Muddatsir/74:34) sesungguhnya Saqar itu adalah keajaiban yang amat besar, (Al Muddatsir/74:35) sebagai peringatan bagi manusia (Al Muddatsir/74:36) yaitu bagi siapa diantara kamu yang berkehendak akan maju atau mundur (Al Muddatsir/74:37)
Sumpah Allah dengan menggunakan kata bulan (Qamar) malam (Lail) dan subuh (Subhi) merupakan sebuah isyarat penting tentang keajaiban ini.bulan merupakan seuah benda langit yang menerangi malam (gelap). Dan malam ketika berlalu tentang sebuah kiasan tentang hilangnya kegegelapan, ketidaktahuan dan kebodohan. Dan subuh bila mulai terang, memberikan informasi bahwa matahari yang merupakan sumber cahaya (penerang) menampakkan diri menyinari hari, sehingga ketika malam segala sesuatu tidak terlihat dan subuh mulai terang, segala sesuatu akan terlihat dengan nyata dan jelas.
Dan bilangan 19 merupakan sebuah “keajaiban yang amat besar” sebagai “peringatan (nadziran) bagi manusia”yang berkehendak maju atau mundur” yaitu bagi orang-orang yang meragukan Al Qur`an. Keajaiban besar itu terdapat di surat Al Muddatsir yang memiliki arti “orang yang berselimut” atau “sesuatu yang tersembunyi, dan Allah memerintahkan untuk Qum Faandzir, bangunlah, bangkitlah, tampillah, terang, nyata, jelas untuk member perigatan (sign).
Keajaiban bilangan 19 dalam Al Qur`an pertama kali terngkap pada tahun 1974 oleh Dr.Rasyad Khalifa, seorang ahli matematika muslim warga Negara Amerika Serikat yang berasal dari Mesir . Pada awalnya, kode matematika ini diterima oleh umat Islam. Akan tetapi pada perjalananya, Rasyad Khalifa menyatakan terdapat 2 ayat yang dianggap cacat dari perhitungan matematika dan dari sisi sejarahnya, yaitu surat At Taubah ayat 128 dan 129 sehingga dia mengklaim bahwa 2 ayat ini bukan bagian dari Al Qur`an. Selain itu dalam beberapa publikasinya dia secara terang-terangan menyatakan anti hadits. Keyakinannya ini dipegang teguh hingga dia wafat karena terbunuh pada tahun 1990 dan hingga kini pengikutnya yang tergabung dalam kelompok submitter masih terus melakukan publikasi temuan-temuannya melalui situs internet.
Meskipun kelompok ini oleh sebagian besar umat islam dianggap menyimpang, bukan berarti bahwa komposisi matematika bilangan 19 ini juga sesat, karena memang terbukti benar-benar nyata keberadaannya tanpa harus menghilangkan 2 ayat terakhir surat At Taubah.
Mengapa Bilangan 19 ?
Bilangan 19 adalah bilangan ‘prima’ yaitu bilangan yang tidak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengan dirinya sendiri. Bilangan Prima diyakini oleh para astrofisikawan sebagai bahasa komunikasi di alam semesta dan dijadikan sebagai bahasa dalam melakukan percobaan-percobaan komunikasi dengan makhluk-makhluk angkasa luar (Interstelar Communication atau bahasa komunikasi antar bintang). Salah-satu laboratorium terbesar yang berkutat dalam masalah ini adalah di Aricebo, Puerto Rico, Peru, dengan menggunakan teleskop radio raksasa berdiameter 305 meter yang terpasang statis dan mampu menyapu langit sesuai dengan rotasi bumi, yang diseponsori oleh seorang astrofisikawan Frank Drake yang juga seoarang ahli kriptografi dalam mega proyek SETI (Search Extra-Terrestrial Inteligent), yaitu suatu proyek yang berusaha mencari dan menjalin komunikasi dengan makhluk-makluk berkecerdasan tinggi. Serangkaian ujicoba yang telah dilakukan memperoleh sinyal komunikasi dari angkasa luar dalam bentuk kode-kode bilangan prima.
Sumber: Abah Salma Arif Sampayya, keseimbangan Matematika dalam Al Qur`an, Penerbit Republika, Jakarta 2007
Selengkapnya...
Alqur’an banyak menyebut tentang bilangan, yang salah satunya adalah bilangan 19. Bilangan ini hanya disebut 1 kali dan merupakan bilangan yang turun di awal-awal wahyu serta satu-satunya bilangan yang disebut secara tegas dalam Al Qur’an sebagai bilangan ujian. Sebab turunnya ayat mengenai bilangan ini berkaitan dengan peristiwa adanya segolongan kaum yahudi yang bertanya dengan sahabat Nabi Muhammad SAW tentang penjaga neraka. Ia kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad SAW dan turunlah surat Al Muddatsir ayat 30 ketika itu juga, yang menegaskan bahwa penjaga neraka berjumlah Sembilan belas.
ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎﺘِﺴْﻌَﺔَﻋَﺷَﺮَ﴿۳۰﴾
Turunnya ayat ini menjadi cemoohan orang-orang kafir seperti perkataan Abu Jahal: “Wahai kaum Quraisy ! Muhammad mngatakan bahwa tentara Allah yang akan mnyiksa kalian di Neraka berjumlah Sembilan belas, padahal kalian jauh lebih banyak jumlahnya. Apakah seratus orang diantara kalian tidak mengalahkan diantara salah-saru dari mereka? ”
Seorang lelaki dari kaum Quraisy yang dikenal dengan julukan Abu Al Asyad ibn Kaidah al Jumahi mengatakan : “Hai kaum Quraisy, jangan kalian merasa ngeri menghadapi 19 malaikat itu. Aku akan membela kalian dengan tangan kananku ini untuk menghadapi 10 malaikat, dan tangan kiriku untuk menghadapi 9 malaikat lainnya”.
Kemudian Allah menurunkan firman berikutNya:
Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan dari Malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu (iddatum) melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-oarang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang mu`min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan orang Kafir (mengatakan) : “apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan sebagai perumpamaan?”. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikhendakiNya dan member petunujuk kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar (hiya) itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS.Al Muddatsir/74:31)
Bilangan 19 menjadi ujian bagi orang kafir, bagi orang yang diberi Al Kitab (pengetahuan) menjadi yakin dan bagi orang yang beriman agar bertambah keimanannya. Allah telah mengantisipasi kesucian Al Qur`an dari serangan orang-orang yang ingin mnghancurkan dengan proteksi metematika sebagai sebuah aksioma yang tak terbantahkan lagi.
Bagaimana bilangan tersebut dapat menambah keyakinan orang yang berilmu, menambah keimanan dan menghilangkan keraguan tentang Al Qur`an? Dan apa maksud Allah menjadikan bilangan 19 sebagai perumpamaan? Pertanyaanya ini merupakan sebua bentuk penolakan kaum kafir terhadap bilangan 19 dan ini dibanta oleh Allah bahwa bilangan 19 tersebut adalah salah satu dari tentara-tentara Allah yang mengokohkan posisi Al Qur`an sebagai kitab yang benar. Hal ini semakin jelas tatkala banyaknya pembuktian Al Qur`an secara matematis dengan menggunakan formula keseimbangan bilangan 19.
Bilangan ini merupakan sebuah bilangan yang merujuk pada Saqar yang sebagian besar diartikan sebagai salah-satu nama neraka, tempat orang-oarng yang meragukan kebenaran Al Qur`an dan menganggap Al Qur`an sebagai karangan manusia.
Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: “Al Qur`an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang terdahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” Aku akan memasukkannya kedalam Saqar, tahukan kamu apa (neraka) Saqar? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Pembakar kulit manusia, (Al Muddatsir/74:21-29)
Alangkah menakjubkannya Al Qur`an dimana salah-satu keajaiban adalah dengan adanya formula pmbagian bilangan 19 yang tidak meninggalkan (tuhqi) dan membiarkan (tadzar) bilangan lain. Dan kata Saqar itu sendiri diambil dari kata “saqara” yang diartikan sebagai sengatan terik matahari atau besi panas yang digunakan men-cap binatang atau dengan kata lain “Stempel”. Sehingga makna dari pengertian kata saqar adalah stempel Allah yang diatasnya ada bilangan 19 yang tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, tanpa sisa, sempurna. Dan bilangan 19 diatas saqar merupakan Zikraa Lil Bashar (peingatan bagi manusia)
Isyarat lainnya adanya keseimbangan ini dapat dilihat dalam ayat-ayat berikutnya yang berisi sumpah-sumpah Allah.
Sekali-kali tidak, demi bulan, (Al Muddatsir/74:32) dan malam ketika telah berlalu, (Al Muddatsir/74:33) dan subuh bila mulai terang. (Al Muddatsir/74:34) sesungguhnya Saqar itu adalah keajaiban yang amat besar, (Al Muddatsir/74:35) sebagai peringatan bagi manusia (Al Muddatsir/74:36) yaitu bagi siapa diantara kamu yang berkehendak akan maju atau mundur (Al Muddatsir/74:37)
Sumpah Allah dengan menggunakan kata bulan (Qamar) malam (Lail) dan subuh (Subhi) merupakan sebuah isyarat penting tentang keajaiban ini.bulan merupakan seuah benda langit yang menerangi malam (gelap). Dan malam ketika berlalu tentang sebuah kiasan tentang hilangnya kegegelapan, ketidaktahuan dan kebodohan. Dan subuh bila mulai terang, memberikan informasi bahwa matahari yang merupakan sumber cahaya (penerang) menampakkan diri menyinari hari, sehingga ketika malam segala sesuatu tidak terlihat dan subuh mulai terang, segala sesuatu akan terlihat dengan nyata dan jelas.
Dan bilangan 19 merupakan sebuah “keajaiban yang amat besar” sebagai “peringatan (nadziran) bagi manusia”yang berkehendak maju atau mundur” yaitu bagi orang-orang yang meragukan Al Qur`an. Keajaiban besar itu terdapat di surat Al Muddatsir yang memiliki arti “orang yang berselimut” atau “sesuatu yang tersembunyi, dan Allah memerintahkan untuk Qum Faandzir, bangunlah, bangkitlah, tampillah, terang, nyata, jelas untuk member perigatan (sign).
Keajaiban bilangan 19 dalam Al Qur`an pertama kali terngkap pada tahun 1974 oleh Dr.Rasyad Khalifa, seorang ahli matematika muslim warga Negara Amerika Serikat yang berasal dari Mesir . Pada awalnya, kode matematika ini diterima oleh umat Islam. Akan tetapi pada perjalananya, Rasyad Khalifa menyatakan terdapat 2 ayat yang dianggap cacat dari perhitungan matematika dan dari sisi sejarahnya, yaitu surat At Taubah ayat 128 dan 129 sehingga dia mengklaim bahwa 2 ayat ini bukan bagian dari Al Qur`an. Selain itu dalam beberapa publikasinya dia secara terang-terangan menyatakan anti hadits. Keyakinannya ini dipegang teguh hingga dia wafat karena terbunuh pada tahun 1990 dan hingga kini pengikutnya yang tergabung dalam kelompok submitter masih terus melakukan publikasi temuan-temuannya melalui situs internet.
Meskipun kelompok ini oleh sebagian besar umat islam dianggap menyimpang, bukan berarti bahwa komposisi matematika bilangan 19 ini juga sesat, karena memang terbukti benar-benar nyata keberadaannya tanpa harus menghilangkan 2 ayat terakhir surat At Taubah.
Mengapa Bilangan 19 ?
Bilangan 19 adalah bilangan ‘prima’ yaitu bilangan yang tidak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengan dirinya sendiri. Bilangan Prima diyakini oleh para astrofisikawan sebagai bahasa komunikasi di alam semesta dan dijadikan sebagai bahasa dalam melakukan percobaan-percobaan komunikasi dengan makhluk-makhluk angkasa luar (Interstelar Communication atau bahasa komunikasi antar bintang). Salah-satu laboratorium terbesar yang berkutat dalam masalah ini adalah di Aricebo, Puerto Rico, Peru, dengan menggunakan teleskop radio raksasa berdiameter 305 meter yang terpasang statis dan mampu menyapu langit sesuai dengan rotasi bumi, yang diseponsori oleh seorang astrofisikawan Frank Drake yang juga seoarang ahli kriptografi dalam mega proyek SETI (Search Extra-Terrestrial Inteligent), yaitu suatu proyek yang berusaha mencari dan menjalin komunikasi dengan makhluk-makluk berkecerdasan tinggi. Serangkaian ujicoba yang telah dilakukan memperoleh sinyal komunikasi dari angkasa luar dalam bentuk kode-kode bilangan prima.
Sumber: Abah Salma Arif Sampayya, keseimbangan Matematika dalam Al Qur`an, Penerbit Republika, Jakarta 2007