Anda yang membaca buku Michael Eifanz “Lompatan Berikutnya, Pasca Irak” barangkali sempat berfikir tentang ‘kiamat’ ketika sampai pada halaman 119. Pada halaman tersebut terdapat “maklumat” yang melihat perlunya ‘menentukan’ waktu hari kiamat yang “dekat dan sangat dekat” (antara tahun 2018 dan tahun 2027). Dalam keyakinan penulis buku tersebut,
Kemudian tiba masa penjajahan secara utuh atas bumi Palestina sejak 1967 untuk menegaskan akan terjadinya ramalan tersebut. Sejarah kemudian mencatat peristiwa perang Irak yang menegaskan hubungan abadi baru antara Babilonia dengan Yerusalem. Yang pertama adalah kegelapan dan yang kedua adalah cahaya. Kehancuran masa pertama adalah syarat munculnya masa kedua. Ini yang termaktun dalam kitab perjanjian lama, Taurat dimana Babilonia (Irak) disebutkan tak kurang dari 300 kali sebagai negeri langkah pertama dan penjelmaan setan pertama dalam jasad budak yahudi (Amerika) dan janji yang pertama adalah Armageddon.
Amerika belum melakukan janji yang pertama itu. Jadi, tinggal menunggu pelaksaan dari kehendak tuhan. Perang tersebut sudah disebutkan dalam kitab perjanjian lama. Nasib Saddam juga disebutkan. Kehancuran pun sudah disebutkan. Bahkan ciri tank-tank Ibramz pun termaktub.
Karenanya, pernyataan bahwa jalan menuju Yerusalem melewati
Tidak ada kepentingan melebihi mendatangkan Armageddon. Itu tidak akan terjadi kecuali dengan eksisnya yahudi di bumi Palestina, semuanya. Meski itu “janji” harus berhadapan dengan kaum muslimin tanpa batas. Yaitu “mereka mampu kita bebaskan buminya tapi tidak kita bebaskan hatinya” (hal:110). Tak masalah dengan hal tersebut kalau waktu yang dijanjikan hanya dengan hitungan tahun.
Rakyat Palestina dalam konteks kayakinan mereka ini dianggap “iblis”. Keberadaan mereka hanya dianggap penghalang untuk menghadap tuhan. Bagi George Bush – yang dikagumi habis-habisan oleh Michael Eifanz – harus berhenti dari berjalan dalam menghadapi ganguan kaum liberal. Taurat baginya adalah “Peta Jalan” satu-satunya (judul terakhir tulisan Michael Eifanz). Yang menolak kembalinya Palestina atau tuntutan-tuntutan mereka. Bahkan mereka harus diusir karena ia adalah tempat pendudukan. Bumi yang dijanjikan tidak boleh diberikan kepada teroris Mesir, Yaser Arafat. Atau ada kompromi dengan Mahmud Abbas. Eifanz mengancam Bush, “jika anda tidak melakukan apa yang aku katakan maka kamu telah condong kepada politik berdasarkan ralaman.”
Barangkali pembaca tertawa dengan “khurafat” salah satu pemeran “al masih Zionis” Amerika ini. Tidak! Pembaca jangan tertawa. Barangkali ia harus bersedih. Eifanz sendiri yang sedang sakit ingatan. Tapi ternyata ia tidak sendiri. Puluhan orang Amerika juga memiliki keyakinan yang sama. Bahkan mereka adalah basis
Berdasarkan catatan, selama perang dunia terakhir (kedua) buku-buku yang memberikan kabar gembira atau memperingatkan kiamat dekat banyak disembunyikan dengan rahasia. Jika sebagian orang berbicara tentang “seni mengakhiri krisis”, tapi itu tak menghalangi Amerika untuk membaca buku-buku yang bertema “dari Irak ke armageddon” , “Irak Babilonia akhir krisis”, “Kebangkitan kedua di Babilonia”, “Babilonia, Irak, krisi masa depan di timur tengah” “Babilonia Saddam” “Armageddon, minyak, dan krisi timur tengah” dan masih banyak yang lainnya.
Buku-buku ini hanyalah kumpulan dari jenis-jenis pemikiran sederhana; bahwa perang atas Irak adalah dalam rangka mewujudkan ramalan Taurat yang akhirnya adalah membangkitkan Yerusalem dari puing-puing Babilonia untuk mempersiapkan kedatangan al masih, yang menurut orang kristen merupakan kedatangan ke dua. Tapi menurut yahudi itu kedatangan pertama. Meski pada akhirnya ada koalisi kepentingan pada tahap berikutnya antara kedua kubu. Kita tidak saja berhadapan dengan buku-buku itu saja. Kaset, buletin, radio, dan telefon semuanya digunakan untuk memeriahkan sastra Tim Lahe, teman Eifanz. Dengan media-media tersebut ia menyampaikan dongeng-dongeng Taurat tentang kebangkitan dan ramalan armageddon.
Sesungguhnya Michael Eifanz berjuang demi kebebesan dari dunia kegelapan dan kesempitan ufuk. Ia berkeyakinan bahwa penting membela
Jika di satu sisi kita letakkan ideologi sebagai standar maka akan kita akan temuakan hal sama pada seruan yang disampaikan oleh kaum ekstrim di pemerintahan Amerika. Benar, kedua pihak tidak berjalan dengan latar belakang satu pemikiran. Tapi tepatnya, faktor motifasi tindakan sama. Bukan suatu yang tiba-tiba. Karenanya, Bush memilih pejabat yang penanggung jawab untuk kawasan Tim Teng yang bernama Eliot Abramaz. Tema terakhir ini cukup untuk membuat satu tulisan tentang koalisi mendesak antara Kanan Ekstrim Kristen dan pendukung Israel di Amerika. Koalisi ini adalah faktor utama pendorong terjadinya perang sekarang. Dan masih di bawah propaganda bahwa Irak adalah permualaan dan harus ada lompatan selanjutnya….sampai hari kiamat! (attur)