Minggu, 20 Desember 2009
Minggu, 13 Desember 2009
UNTUK YAQIN SEBUAH PENGANTAR
Suatu hari sewaktu melakukan riset di Universitas McGill, Montreall, Canada Saya terlibat perbincangan dengan seorang profesor (Barat) yang menurut kabar bisik-bisik telah berpindah agama lalu menjadi seorang muslim. Di Barat tidak semua orang menyatakan terbuka tentang agamanya, terlebih lagi kalau berpindah ke Islam. Agama adalah urusan pribadi dengan Tuhan. Jadi Saya berusaha untuk berhati-hati ketika bertanya tentang Islam.
“Sebagai dosen Islamologi, apa yang paling menarik dalam melakukan penelitian seputar agama yang dibawa Muhammad ini?”. “Saya sangat terkesan dengan Al-Qur`an”, jawabnya spontan. Karena begitu spontan jawabnya maka, maka Saya menjadi penasaran dan bertanya lebih lanjut, mengapa Al-Qur`an begitu menarik dan amat mengesankan baginya.
Beberapa penjelasan yang masih Saya ingat antara lain ialah, katanya, jika Saya membaca buku-buku teori akademis, cukuplah seminggu persiapannya dan Saya sudah bisa menjelaskan didepan mahasiswa hampir 80% dari kandungan buku serta formula pokoknya. Kalau Saya membaca buku novel, maka cukuplah sekali saja, sudah malas membacanya untuk yang kedua kalinya. Buku-buku ilmiah itu logikanya linear, runtut, mudah diikuti uraiannya sejak dari judul, daftar isi, masalah pokok, metode pembahasan, tesis pokok yang disajikan dan kemudian kritik dan kesimpulan. Dengan metode speed reading, sebuah buku tebal bisa tamat dibaca hanya butuh waktu sehari saja atau bahkan dalam hitungan jam. Tetapi, lanjutnya, sungguh berbeda ketika Saya membaca Al-Qur`an. Pada awalnya Saya merasa bingung dengan gaya bahasanya dan urutan ceritanya yang kadangkala terasa meloncat-loncat tidak sistematis. Namun Saya berusaha terus mendekati dan menikmati Al-Qur`an. Kalau memang betul Al-Qur`an ini susunannya kacau dan pesanya pun tidak konsisten, bagaimana mungkin kitab ini selalu dicetak ulang tanpa bisa dihitung lagi omzetnya?, pikirku. Dan lagi, tebal Al-Qur`an yang jumlah huruf dan kalimatnya sejak abad ke-6 tidak pernah bertambah dan tidak berubah, mengapa telah melahirkan sekiann juta buku yang semuanyua terinspirasi dari Al-Qur`an? Sungguh membuat Saya kagum, mengapa Al-Qur`an bisa mendorong pembacanya untuk menulis buku membahas tentang dirinya dari zaman ke zaman?.
Demikianlah beberapa pertanyaan dan diskusi dengan profesor di McGill, Canada, tentang keunikan Al-Qur`an tadi masih terekam dibenak Saya. Salah satuk kesimpulan yang selalu Saya ingat, menurutnya, gaya penuturan Al-Qur`an bersifat kompleks. Adakalanya liniear, lalu memutar balik dan kalau dicermati saling berhubungan sehingga membentuk jaringan makna dalam pola bola dunia, sebagaimana jaringan kehidupan sosial. Tak seorangpun bisa hidup tanpa berhubungan dengan orang lain. Begitulah Al-Qur`an, ayat yang satu menafsirkan dan memperkuat ayat lain. Sekalipun ada kata-kata yang diulang-ulang, namun memiliki konteks yang berbeda. “When I read Al-Qur`an, I fell I take a long and beautiful journey of meaning through sentence, word by word”. Begitu kira-kira pengakuannya. Dalam bahasa komputer, ketika membaca Al-Qur`an bagaikan kita membuka komputer lalu masuk ke internet, sebuah dunia hyper text , bisa menghabiskann waktu berjam-jam untuk keliling dunia hanya didepan komputer. Begitulah analog yang mudah untuk menggambarkan kandungan Al-Qur`an, kita diajak memasuki dunia makna, imajinasi, informasi, sastra dan sekian aspek lain sehingga setiap seseorang membaca dan merenung, pasti akan ditemukan hal-hal yang baru. “event when I read the same ayat as I did yesterday, I am feeling. It always conveys a new nuance and sometimes absolutely amazing”. Tuturnya.
Demikianlah, apa yang diceritakan seorang teman tadi semakin menyadarkan Saya akan keunikan Al-Qur`an. Dan ketika Saya mempelajari keunikan struktur otak dan cara kerjanya, ternya potensi dan kinerja otak mirip sekali dengan struktur logika Al-Qur`an. Saaraf dan sel-sel otak yang jumlahnya milyaran ternyata kinerjanya saling kait-mengait. Informasi apapun yang diterima otak akan tersimpan selamanya. Yang penting adalah bagaimana seseorang memiliki kemampuan teknikal untuk menyimpan informasi itu kedalam synapse, semacam rak buku yang terbentuk oleh jaringan otak, lalu dibuat klasifikasi dan sintesa dengan informasi lain. Jadi yang namanya orang pintar dan kreatif adalah mereka yang memiliki simpanan informasi sebanyak mungkin, lalu disentesakan dengan lainnya sehingga melahirkan formula yang baru. Dengan demikian sesungguhnya tidak ada sesuatu yang baru melainkan hasil sintesa. Menurut pakar neuropsikologi, diperkirakan potensi otak manusia rata-rata baru digunakan dibawah 2 % dari semua potensi yang ada. Ini mirip dengan seseorang yang membeli komputer canggih, yang digunakan mungkin hanya satu atau dua program saja, selebihnya percuma.
Tentang potensi dan fungsi otak, dalam bahasa psikologi ada ungkapan “you use it or lose it”. Otak, jikalau tidak digunakan maka jaringannya akan mati dan tidak berfungsi. Demikianlah, sedikit penjelasan tentang kinerja otak ini hanya untuk memberikan gambaran betapa terjadi kaitan tali-menali dan sangat kreatif antara masing-masing kata dan ayat-ayat Al-Qur`an sehingga sejak diturunkan pada abad ke-7 sampai sekarang selalu saja melahirkan informasi baru ketika dikaji ulang secara kreatif dan imajinatif. Jutaan buku dan artikel telah ditulis yang semuanya membicarakan, menggali dan mengembangkan gagasan Al-Qur`an.
Al-Qur`an seing juga disebut sebagai mukjizat atau suatu risalah dan bukti yang dibawa Nabi untuk menaklukan mereka yang membantah dan mengingkari kebenaran Al-Qur`an. Tetapi bagi orang yang beriman, Al-Qur`an menyebutnya bukan sebagai mukjizat, melainkan petunjuk (hudan atau al-nuur). Artinya jika seseorang telah beriman dan telah memiliki ilmu pengetahuan, maka akan semakin terbuka baginya pintu untuk memasuki rahasia Al-Qur`an guna menggali hikmah dan ilmu yang dikandungnya.
Bukau yang ada ditangan pembaca ini bisa dikategorikan sebagai salah-satu hikmah dan ilmu yang dikandung Al-Qur`an, yang di gali oleh saudara Fahmi Basya. Karena dia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dalam matematika, dan ditambah dengan kecintaanya pada Al-Qur`an, maka dia sangat peka dan kreatif sekali untuk melakukan penelitian kemukjizatan Al-Qur`an dari pendekatan matematis.
Kajians serupa memang pernah dilakukan oleh beberapa sarjana lain. Tetapi apa yang disajikan oleh saudara Fahmi Basya adalah orisinal sebagai temuan dan ijtihadnya. Dari temuan yang ada, suatu hal yang sangat menkjubkan adalah: bagaimana mungkin (nabi) Muhammad menerima dan menyusun Al-Qur`an dalam dalam ukuran waktu sekitar 23 tahun memiliki rumusan dan kalkulasi matematis, kalau saja tanpa campur tangan Jibril? Temuan ini penting digarisbawahi mengingat seringkali para orientalis menganggap Al-Qur`an sebagai karangan Muhammad belaka. Namun keraguan itu menjadi abstrak ketika dibuktikan bahwa secara matematis banyak ditemukan adanya keajaiban yang sulit dibayangkan hal itu produk seorang ummy, yang hidup dipadang pasir pada abad ke-6.
Demikianlah Al-Qur`an membuka diri untuk di introgasi, ditanya, digali, dibantah, didebat, dan entah diapakan lagi sepanjang perjalanannya sejak diwahyukan sampai sekarang. Bagi yang memiliki kedalaman ilmu kedokteran, maka Al-Qur`an membuka diri untuk diajak dialog seputar kedokteran. Bagi mereka yang mengusai ilmu pertanian, kelauatan, astronomi, ilmu jiwa atau ilmu yang lainnya, maka Al-Qur`an membuka diri untuk dikaji, digali dan bahkan diintrogasi. Dan nyatanya hingga saat ini semakin banyak sarjana muslim yang menguasai berbagai displin keilmuan, mereka malah semakin respek dan yakin bahwa Al-Qur`an adalah kalam ilahi yang didalamnya mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang tidak pernah habis-habisnya digali. (Prof. Komaruddin Hidayat)
Sumber: Sumber: Abah Salma Arif Sampayya, keseimbangan Matematika dalam Al Qur`an, Penerbit Republika, Jakarta 2007
http://syahrum27.blogspot.com/2009/12/matematika-sebuah-pendekatan-rasional-untuk-yaqin-sebuah-pengantar.html
Selengkapnya...
MATEMATIKA SEBUAH PENDEKATAN RASIONAL UNTUK YAQIN SEBUAH PENGANTAR
Suatu hari sewaktu melakukan riset di Universitas McGill,
“Sebagai dosen Islamologi, apa yang paling menarik dalam melakukan penelitian seputar agama yang dibawa Muhammad ini?”. “Saya sangat terkesan dengan Al-Qur`an”, jawabnya spontan. Karena begitu spontan jawabnya maka, maka Saya menjadi penasaran dan bertanya lebih lanjut, mengapa Al-Qur`an begitu menarik dan amat mengesankan baginya.
Beberapa penjelasan yang masih Saya ingat antara lain ialah, katanya, jika Saya membaca buku-buku teori akademis, cukuplah seminggu persiapannya dan Saya sudah bisa menjelaskan didepan mahasiswa hampir 80% dari kandungan buku serta formula pokoknya. Kalau Saya membaca buku novel, maka cukuplah sekali saja, sudah malas membacanya untuk yang kedua kalinya. Buku-buku ilmiah itu logikanya linear, runtut, mudah diikuti uraiannya sejak dari judul, daftar isi, masalah pokok, metode pembahasan, tesis pokok yang disajikan dan kemudian kritik dan kesimpulan. Dengan metode speed reading, sebuah buku tebal bisa tamat dibaca hanya butuh waktu sehari saja atau bahkan dalam hitungan jam. Tetapi, lanjutnya, sungguh berbeda ketika Saya membaca Al-Qur`an. Pada awalnya Saya merasa bingung dengan
Demikianlah beberapa pertanyaan dan diskusi dengan profesor
Demikianlah, apa yang diceritakan seorang teman tadi semakin menyadarkan Saya akan keunikan Al-Qur`an. Dan ketika Saya mempelajari keunikan struktur otak dan cara kerjanya, ternya potensi dan kinerja otak mirip sekali dengan struktur logika Al-Qur`an. Saaraf dan sel-sel otak yang jumlahnya milyaran ternyata kinerjanya saling kait-mengait. Informasi apapun yang diterima otak akan tersimpan selamanya. Yang penting adalah bagaimana seseorang memiliki kemampuan teknikal untuk menyimpan informasi itu kedalam synapse, semacam rak buku yang terbentuk oleh jaringan otak, lalu dibuat klasifikasi dan sintesa dengan informasi lain. Jadi yang namanya orang pintar dan kreatif adalah mereka yang memiliki simpanan informasi sebanyak mungkin, lalu disentesakan dengan lainnya sehingga melahirkan formula yang baru. Dengan demikian sesungguhnya tidak ada sesuatu yang baru melainkan hasil sintesa. Menurut pakar neuropsikologi, diperkirakan potensi otak manusia rata-rata baru digunakan dibawah 2 % dari semua potensi yang ada. Ini mirip dengan seseorang yang membeli komputer canggih, yang digunakan mungkin hanya satu atau dua program saja, selebihnya percuma.
Tentang potensi dan fungsi otak, dalam bahasa psikologi ada ungkapan “you use it or lose it”. Otak, jikalau tidak digunakan maka jaringannya akan mati dan tidak berfungsi. Demikianlah, sedikit penjelasan tentang kinerja otak ini hanya untuk memberikan gambaran betapa terjadi kaitan tali-menali dan sangat kreatif antara masing-masing kata dan ayat-ayat Al-Qur`an sehingga sejak diturunkan pada abad ke-7 sampai sekarang selalu saja melahirkan informasi baru ketika dikaji ulang secara kreatif dan imajinatif. Jutaan buku dan artikel telah ditulis yang semuanya membicarakan, menggali dan mengembangkan gagasan Al-Qur`an.
Al-Qur`an seing juga disebut sebagai mukjizat atau suatu risalah dan bukti yang dibawa Nabi untuk menaklukan mereka yang membantah dan mengingkari kebenaran Al-Qur`an. Tetapi bagi orang yang beriman, Al-Qur`an menyebutnya bukan sebagai mukjizat, melainkan petunjuk (hudan atau al-nuur). Artinya jika seseorang telah beriman dan telah memiliki ilmu pengetahuan, maka akan semakin terbuka baginya pintu untuk memasuki rahasia Al-Qur`an guna menggali hikmah dan ilmu yang dikandungnya.
Bukau yang ada ditangan pembaca ini bisa dikategorikan sebagai salah-satu hikmah dan ilmu yang dikandung Al-Qur`an, yang di gali oleh saudara Fahmi Basya. Karena dia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dalam matematika, dan ditambah dengan kecintaanya pada Al-Qur`an, maka dia sangat peka dan kreatif sekali untuk melakukan penelitian kemukjizatan Al-Qur`an dari pendekatan matematis.
Kajians serupa memang pernah dilakukan oleh beberapa sarjana lain. Tetapi apa yang disajikan oleh saudara Fahmi Basya adalah orisinal sebagai temuan dan ijtihadnya. Dari temuan yang ada, suatu hal yang sangat menkjubkan adalah: bagaimana mungkin (nabi) Muhammad menerima dan menyusun Al-Qur`an dalam dalam ukuran waktu sekitar 23 tahun memiliki rumusan dan kalkulasi matematis, kalau saja tanpa campur tangan Jibril? Temuan ini penting digarisbawahi mengingat seringkali para orientalis menganggap Al-Qur`an sebagai karangan Muhammad belaka. Namun keraguan itu menjadi abstrak ketika dibuktikan bahwa secara matematis banyak ditemukan adanya keajaiban yang sulit dibayangkan hal itu produk seorang ummy, yang hidup dipadang pasir pada abad ke-6.
Demikianlah Al-Qur`an membuka diri untuk di introgasi, ditanya, digali, dibantah, didebat, dan entah diapakan lagi sepanjang perjalanannya sejak diwahyukan sampai sekarang. Bagi yang memiliki kedalaman ilmu kedokteran, maka Al-Qur`an membuka diri untuk diajak dialog seputar kedokteran. Bagi mereka yang mengusai ilmu pertanian, kelauatan, astronomi, ilmu jiwa atau ilmu yang lainnya, maka Al-Qur`an membuka diri untuk dikaji, digali dan bahkan diintrogasi. Dan nyatanya hingga saat ini semakin banyak sarjana muslim yang menguasai berbagai displin keilmuan, mereka malah semakin respek dan yakin bahwa Al-Qur`an adalah kalam ilahi yang didalamnya mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang tidak pernah habis-habisnya digali. (Prof. Komaruddin Hidayat)
Sumber: Sumber: Abah Salma Arif Sampayya, keseimbangan Matematika dalam Al Qur`an, Penerbit Republika, Jakarta 2007
Sabtu, 12 Desember 2009
Sistem Kebudayaan dalam Komunikasi antarbudaya
1. Masyarakat, Komunikasi dan kebudayaan
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan
Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Menurut Onong Cahyana Effendi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Untuk menylidiki hubungan antara komunikasi, masyarakat dan kebudayaan (The relationship between communication, society and cultural). John Dewy menjelaskan, suatu konseptual yang berumur lebih satu abad (1916). Mnurut Jonh Dewy : “masyarakat tidak hanya berada (eksis) dan berkelanjutan (continues) oleh karena tranmisi dan komunikasi diantara angota-anggotanya tetapi lebih dari itu masyarakat lebih menjadi ada karena masyarakat ada didalam tranmisi dan komunikasi itu (masyarakat yang menghidupkan tranmisi dan komunikasi)”
Ingatlah bahwa manusia hidup dalam sebua komunitas yang mempunyai kebajikan tentang sesuatu yang mereka miliki bersama, dan komunikasi merupakan salah satu cara atau jalan yang mana mereka membentuk kebesamaan tersebut. Di antaranya tujuan bersama, kepercayaan, aspirasi, pengetahuan. Jelaslah bahwa komunikasi menjadi sangat penting dalam membentuk sebuah kebersamaan masyarakat, karena seperti yang diungkapkan Robert E. Park (1928), komunikasi menciptakan, atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti.
Bahwa pengertian bersama diantara individu-individu sebagai anggota kelompok sosial akan mudah dihasilkan, baik unit sosial maupun unit cultural dalam masyarkat. Cultural atau kebudayaan dalam hal ini adat istiadat-menjadi harapan atau menjadi factor perekat bersama. Bagaimanapun juga kehidupan bersama suatu kelompok dalam masyarakat menjadi ada dan terus ada karena merka memiliki sejarah dan tradisi yang panjang yang diturunkan daru satu generasi ke generasi lain.
Dapat disimpulkan bahwa suatu masyarakat akan eksis karena anggotanya telah belajar berkomunikasi dengan orang lain. Masyarakat menghasilkan, memilih dan menjadi saluran untuk, dari dan dengan anggotanya dalam memperoleh barang dan jasa.
Demikian pula kebudayaan mengajarkan masyarakat untuk menghasilkan, memilih dan menjadi saluran inforamasi. Jadi sebenarnya tidak ada komunitas tanpa kebudayaan atau tanpa masyarakat, juga tidak ada masyarakat tanpa pembagian kerja atau masyarakat dan kebudayaan tanpa komunikasi.
Syarat meletakan komunikasi kedalam kebudayaan sebuah sistem adalah:
-kebudayaan itu harus mempunyai objek. Ebuah objek kebudayaan didalam memiliki bagian-bagian dan unsur. Objek kebudayaan bisa berbentuk fisik dan abstrak atau kedua-duanya, tergantung dari sifat sistem itu sendiri.
-keduadayaan itu terdiri dari atribut dan kwalitas.
-kebudayaan itu harus memiliki relasi internal diantara objek-objek. Karakteristk ini merupakan suatu yang penting untuk mendifinisikan kebudayaan sebagai sistem.
-kebudayaan juga memiliki lingkungan, dia tidak eksis dalam sebua ruang vacuum tetapi dipengaruhi oleh lingkungan sekeliling.
Ini menjelaskan bahwa setiap individu ada didalam masyarakat dan setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kehidupan dan dinamika sebuah masyarakat serta kebudayaan ditentukan oleh komunikasi antara anggota masyarakat dan anggota budaya.
Didalam kebudayaan itu sendiri terdapat sistem-sistem yang bervariasi diantaranya: sistem ekonomi, sistem keluarga, sistem politik, control sosial, manajemen/pengolahan kesehatan, pendidikan dan sistem religi (agama).
Hubungan antara sistem kebudayaan dengan situasi komunikasi antarbudaya
2. SISTEM-SISTEM KEBUDAYAAN
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.
2.1 SISTEM EKONOMI
Sistem ekonomi dalam setiap kebudayaan merupakan aktifitas yang mengkombinasikan pengolahan sumber daya alam, tenga kerja, teknologi, produksi dan distribusi barang/jasa atau struktur pelayanan yang dilakukan secara berulang dan teratur.
Menurut Taylor (1988), istilah sistem ekonomi-dalam kajian antropologi-sering digunakan dalam konteks sus sistem teknologi.
Baik Jhonson (1986) maupun Kottak (1991) mengemukakan bahwa paling tidak ada tiga bentuk pertukaran barang dan jasa, yakni:
-pertukaran timbal balik yaitu bentukpertukaran barang dan jasa tertentu dikalangan tertentu sesuai dengan kebutuhan, artinya pertukaran itu tidak didahului perjanjian,ikatan atau sanksi. Pertukaran seperti ini terjadi pada suku bangsa Kung di Bostwana Afrika.
Setiap pagi mereka berburu sekitar 20 orang dan mengumpulkan makanan, lalu mereka akn kembali pada petang hari,kemudian seluruh hasil pencarian mereka dibagi diantara mereka dengan kebutuhan masing-masing. Uniknya bukan hanya anggota keluarga yang mendapatkan pembagian itu. Termasuk tamu yang datang ke daerah mereka.
-pertukaran kembali secara adil yaitu pola ini dilakukan berdasarkan perjanjian perdagangan secara tertutup. Contohnya adalah perjanjian dimana orang yang tinggal di gunung menghasilkan padi dan jagung sedangkan di pantai menghasilkan ikan.
-pola pertukaran atas asas pasar adalah sbuah pola pertukaran ekonomi melalui pnerapan hubungan antara produsen dan konsumen melalui permintaan dan penawaran. Yang dipraktekkan oleh masyarakat modern, pertukaran ini sangat tergantung pada niali tukar (uang), karena uang dapat memberikan nilai uang dan jasa.
2.2 SISTEM KELUARGA
Kebudayaan juga menghasilkan nilai-nilai-nilai dasar tentang kebenaran dan keadilan, kebaikan dan kejahatan, adat istidat dan ritual kehidupan yang sejak awal disosialisasikan dalam keluarga.
Sosialisasi dilakukan dalam keluarga karena sejak awal dibentuk oleh lembaga perkawinan karena pria dan wanita mensosialisasikan hubungan seksual yang direstui oleh tatanan budaya tertentu.
Prilaku komunikasi dalam komunikasi antar budaya terbentuk atau dipengaruhi oleh sisitem keluarga, struktur keluarga, sistem perkawinan, adat perkawinan, yang membedakan kedudukan ayah dan ibu dan juga peranan anak laki-laki dan anak perempuan.
Dalam kaitan dengan komunikasi antarbudaya ditemukan bahwa prilaku komunikasi antarpribadi maupun kelompok ditentukan oleh sistem keluarga.
2.3 SISTEM POLITIK
Pendekatan kebudayaan atas politik dari segi antropologi selalu berhadapan dengan tema-tema tentang kekuasaan, wewenang, dan sistem hukum dalam aneka ragam budaya.
Oleh karena setiap masyarakat mempunyai aturan untuk mengatur pemerintahan atau struktur sosial pada tingkat formal maupun tidak formal.
Demikian pula pada sistem politik dalam setiap kebudayaan berkaitan erat dengan stratifikasi sosial dan sistem sosial kemasyarakatan yang menggolongkan status dan peranan setiap individu berdasarkan asaz atau pertimbangan, kekuasaaan, kehormatan dan kejayaan/kesejahtraan.
Apabila sistem politik dan kemasyarakatan mempresentasikan prilaku politik maka proses komunikasi politik sangat tergantung pada pendapat para pemimpin masayarakat yang mempunyai wewenang tertentu.
Kerapakali kekuasaan itu meliputi pula wewenang untuk mengatakan sesuatu, menguasai media dan mengkontrol lalu lintas informasi dalam suatu kelompok budaya tertentu.
2.4 SISTEM KONTROL SOSIAL
Yang dimaksud konrol sosial adalah proses yang direncanakan atau tidak direncanakan yang bertujuan untuk mngajak, mendidik atau bahkan memaksa warga agar mematuhi norma dan nilai. Praktek control sosial ada pula yang disebut melembaga dan ada yang bersifat informal yakni pengendalian dengan menggunakan yang belum melembaga.
Horton dan Hunt (1993) mngemukakan bahwa control sosial dalam masyarakat dapat dilakukan melalui: (1). Sosialisasi; (2). Tekanan sosisal: (3). Kekuatan sosial dan (4). Factor situasi terhadap individu.
Peranan control sosial adalah untuk mengawasi diri sendiri agar dalam berkomunikasi teteap memperhatikan nilai-nilai yang telah disepakati bersama agar bertindak sesuai dengan budaya tertentu.
2.5 SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN
Manajemen kesehatan dapat dikaitkan dengan konsep antropologi kesehatan. Bidang yang satu ini berusaha mengumpulkan ahli dibidang antropologi fisik terhadap topic-topik tentang evolusi, adaptasi, anatomi, tipe-tipe ras, genetika dll. Juga memperhatikan etnologi tradisional terhadap pengobatan primitive, termasuk ilmu sihir dan magis.
Sebagai contoh dalam antropologi fisik dipelajari apakah ada hubungan antara tubuh dan penyakit tertentu, misalnya orang-orang yang tubuhnya kurus mengandung mengandung sel sakit (sickle cell) yang dapat membawa penyakit kuning (hepatitis). Perbagai penelitian membenarkan hal itu.
2.6 SISTEM PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan proses sosialisasi nilai dan norma serta prilaku dari suatu generasi kepada generasi lain.
Sistem pendidikan tradisional yang berlangsung dikalangan keluarga inti, keluarga luas terutama untuk mewariskan nilai-nilai kebudayaan setempat kepada generasi berikutnya.
2.7 SISTEM AGAMA
Subtansi agama diidentikan dengan seperangkat symbol-smbol kebudayaan dan gagasan yang memusatkan perhatian dan member makna pada kehidupan manusia dan alam yang tidak diketahui.
Durkheim (1912/1965) mengemukakan studi-studi yang berkaitan dengan antropologi dan sosiologi mencatat bahwa semua agama dapat dibbedakan antara hal-hal yang sacral dan profane. Aspek sacral misalnya berkaitan dengan penghayatan bathiniah manusia terhadap objek yang tidak kelihatan, yang memberikan nilai, kekuatan,spirit, motivasi bagi manusia untuk memahami dunia yang nyata.
Yang terpenting dalam komunikasi antarbudaya adalah bagaimana setiap pemeluk agama menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama, sehingga pemeluk agama tersebut memiliki sikap dan prilaku komunikasi sebagai orang yang beragama.
Contoh suatu nilai yang sangat dipatuhi orang-orang yang Beragama hindu adalah sistem kasta yang mempresentasikan hubungan antar manusia dan antara manusia dengan tuhan. Nilai itu sangat dipatuhi sehingga setiap warga yang beragama Hindu dapat menjalin dan menghormati keunikan berdasarkan kasta atau strata yang diyakininya.
Disini terlihat bahwa nilai-nilai agama dapat mempengaruhi presepsi, sikap dan prilaku komunikasi antar-agama dan antar-budaya dan bahkan antar-ras sesuai dengan sifat universalitas dari agama itu sendiri.
Daftar Putaka
Dr. Alo Liliweri, M.S. Dasar-Dasar Komunikasi Antrabudaya, Pustaka Pelajar, 2004
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi#Onong_Cahyana_Effendi
http://prasetijo.wordpress.com/2008/09/11/definisi-kebudayaan-menurut-parsudi-suparlan-alm/
Selengkapnya...
Kamis, 10 Desember 2009
Penyebab penyak
AIDS disebabkan oleh virus, yang diberi nama HIV (Human Immuno Deficiency Virus), virus ini menyerang sel darah putih tertentu, dimana sel darah putih berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yaitu menangkal infeksi atau serangan penyakit terhadap tubuh. Apabila virus HIV bersarang dalam sel darah putih dan merusak sel darah putih maka tubuh akan menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.
b. Penularan AIDS
Virus HIV dapat berpindah dari seseorang ke orang lain atau dengan kata lain penyakit AIDS dapat menular. Penularan AIDS tidak menyebar melalui udara, atau karena berjabat tangan dengan penderita AIDS juga tidak menular melalui peralatan makan penderita AIDS. Tetapi virus HIV dapat menular masuk ke tubuh orang lain melalui transfusi darah (donor darah seseorang yang terinfeksi HIV) atau melalui alat-alat yang menyebabkan luka, seperti jarum suntik, jarum infus, dapat juga melalui kontak seksual.
Minggu, 06 Desember 2009
FENOMENA BILANGAN 19 dalam al-Qur`an
Alqur’an banyak menyebut tentang bilangan, yang salah satunya adalah bilangan 19. Bilangan ini hanya disebut 1 kali dan merupakan bilangan yang turun di awal-awal wahyu serta satu-satunya bilangan yang disebut secara tegas dalam Al Qur’an sebagai bilangan ujian. Sebab turunnya ayat mengenai bilangan ini berkaitan dengan peristiwa adanya segolongan kaum yahudi yang bertanya dengan sahabat Nabi Muhammad SAW tentang penjaga neraka. Ia kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad SAW dan turunlah surat Al Muddatsir ayat 30 ketika itu juga, yang menegaskan bahwa penjaga neraka berjumlah Sembilan belas.
ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎﺘِﺴْﻌَﺔَﻋَﺷَﺮَ﴿۳۰﴾
Turunnya ayat ini menjadi cemoohan orang-orang kafir seperti perkataan Abu Jahal: “Wahai kaum Quraisy ! Muhammad mngatakan bahwa tentara Allah yang akan mnyiksa kalian di Neraka berjumlah Sembilan belas, padahal kalian jauh lebih banyak jumlahnya. Apakah seratus orang diantara kalian tidak mengalahkan diantara salah-saru dari mereka? ”
Seorang lelaki dari kaum Quraisy yang dikenal dengan julukan Abu Al Asyad ibn Kaidah al Jumahi mengatakan : “Hai kaum Quraisy, jangan kalian merasa ngeri menghadapi 19 malaikat itu. Aku akan membela kalian dengan tangan kananku ini untuk menghadapi 10 malaikat, dan tangan kiriku untuk menghadapi 9 malaikat lainnya”.
Kemudian Allah menurunkan firman berikutNya:
Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan dari Malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu (iddatum) melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-oarang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang mu`min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan orang Kafir (mengatakan) : “apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan sebagai perumpamaan?”. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikhendakiNya dan member petunujuk kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar (hiya) itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS.Al Muddatsir/74:31)
Bilangan 19 menjadi ujian bagi orang kafir, bagi orang yang diberi Al Kitab (pengetahuan) menjadi yakin dan bagi orang yang beriman agar bertambah keimanannya. Allah telah mengantisipasi kesucian Al Qur`an dari serangan orang-orang yang ingin mnghancurkan dengan proteksi metematika sebagai sebuah aksioma yang tak terbantahkan lagi.
Bagaimana bilangan tersebut dapat menambah keyakinan orang yang berilmu, menambah keimanan dan menghilangkan keraguan tentang Al Qur`an? Dan apa maksud Allah menjadikan bilangan 19 sebagai perumpamaan? Pertanyaanya ini merupakan sebua bentuk penolakan kaum kafir terhadap bilangan 19 dan ini dibanta oleh Allah bahwa bilangan 19 tersebut adalah salah satu dari tentara-tentara Allah yang mengokohkan posisi Al Qur`an sebagai kitab yang benar. Hal ini semakin jelas tatkala banyaknya pembuktian Al Qur`an secara matematis dengan menggunakan formula keseimbangan bilangan 19.
Bilangan ini merupakan sebuah bilangan yang merujuk pada Saqar yang sebagian besar diartikan sebagai salah-satu nama neraka, tempat orang-oarng yang meragukan kebenaran Al Qur`an dan menganggap Al Qur`an sebagai karangan manusia.
Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: “Al Qur`an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang terdahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” Aku akan memasukkannya kedalam Saqar, tahukan kamu apa (neraka) Saqar? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Pembakar kulit manusia, (Al Muddatsir/74:21-29)
Alangkah menakjubkannya Al Qur`an dimana salah-satu keajaiban adalah dengan adanya formula pmbagian bilangan 19 yang tidak meninggalkan (tuhqi) dan membiarkan (tadzar) bilangan lain. Dan kata Saqar itu sendiri diambil dari kata “saqara” yang diartikan sebagai sengatan terik matahari atau besi panas yang digunakan men-cap binatang atau dengan kata lain “Stempel”. Sehingga makna dari pengertian kata saqar adalah stempel Allah yang diatasnya ada bilangan 19 yang tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, tanpa sisa, sempurna. Dan bilangan 19 diatas saqar merupakan Zikraa Lil Bashar (peingatan bagi manusia)
Isyarat lainnya adanya keseimbangan ini dapat dilihat dalam ayat-ayat berikutnya yang berisi sumpah-sumpah Allah.
Sekali-kali tidak, demi bulan, (Al Muddatsir/74:32) dan malam ketika telah berlalu, (Al Muddatsir/74:33) dan subuh bila mulai terang. (Al Muddatsir/74:34) sesungguhnya Saqar itu adalah keajaiban yang amat besar, (Al Muddatsir/74:35) sebagai peringatan bagi manusia (Al Muddatsir/74:36) yaitu bagi siapa diantara kamu yang berkehendak akan maju atau mundur (Al Muddatsir/74:37)
Sumpah Allah dengan menggunakan kata bulan (Qamar) malam (Lail) dan subuh (Subhi) merupakan sebuah isyarat penting tentang keajaiban ini.bulan merupakan seuah benda langit yang menerangi malam (gelap). Dan malam ketika berlalu tentang sebuah kiasan tentang hilangnya kegegelapan, ketidaktahuan dan kebodohan. Dan subuh bila mulai terang, memberikan informasi bahwa matahari yang merupakan sumber cahaya (penerang) menampakkan diri menyinari hari, sehingga ketika malam segala sesuatu tidak terlihat dan subuh mulai terang, segala sesuatu akan terlihat dengan nyata dan jelas.
Dan bilangan 19 merupakan sebuah “keajaiban yang amat besar” sebagai “peringatan (nadziran) bagi manusia”yang berkehendak maju atau mundur” yaitu bagi orang-orang yang meragukan Al Qur`an. Keajaiban besar itu terdapat di surat Al Muddatsir yang memiliki arti “orang yang berselimut” atau “sesuatu yang tersembunyi, dan Allah memerintahkan untuk Qum Faandzir, bangunlah, bangkitlah, tampillah, terang, nyata, jelas untuk member perigatan (sign).
Keajaiban bilangan 19 dalam Al Qur`an pertama kali terngkap pada tahun 1974 oleh Dr.Rasyad Khalifa, seorang ahli matematika muslim warga Negara Amerika Serikat yang berasal dari Mesir . Pada awalnya, kode matematika ini diterima oleh umat Islam. Akan tetapi pada perjalananya, Rasyad Khalifa menyatakan terdapat 2 ayat yang dianggap cacat dari perhitungan matematika dan dari sisi sejarahnya, yaitu surat At Taubah ayat 128 dan 129 sehingga dia mengklaim bahwa 2 ayat ini bukan bagian dari Al Qur`an. Selain itu dalam beberapa publikasinya dia secara terang-terangan menyatakan anti hadits. Keyakinannya ini dipegang teguh hingga dia wafat karena terbunuh pada tahun 1990 dan hingga kini pengikutnya yang tergabung dalam kelompok submitter masih terus melakukan publikasi temuan-temuannya melalui situs internet.
Meskipun kelompok ini oleh sebagian besar umat islam dianggap menyimpang, bukan berarti bahwa komposisi matematika bilangan 19 ini juga sesat, karena memang terbukti benar-benar nyata keberadaannya tanpa harus menghilangkan 2 ayat terakhir surat At Taubah.
Mengapa Bilangan 19 ?
Bilangan 19 adalah bilangan ‘prima’ yaitu bilangan yang tidak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengan dirinya sendiri. Bilangan Prima diyakini oleh para astrofisikawan sebagai bahasa komunikasi di alam semesta dan dijadikan sebagai bahasa dalam melakukan percobaan-percobaan komunikasi dengan makhluk-makhluk angkasa luar (Interstelar Communication atau bahasa komunikasi antar bintang). Salah-satu laboratorium terbesar yang berkutat dalam masalah ini adalah di Aricebo, Puerto Rico, Peru, dengan menggunakan teleskop radio raksasa berdiameter 305 meter yang terpasang statis dan mampu menyapu langit sesuai dengan rotasi bumi, yang diseponsori oleh seorang astrofisikawan Frank Drake yang juga seoarang ahli kriptografi dalam mega proyek SETI (Search Extra-Terrestrial Inteligent), yaitu suatu proyek yang berusaha mencari dan menjalin komunikasi dengan makhluk-makluk berkecerdasan tinggi. Serangkaian ujicoba yang telah dilakukan memperoleh sinyal komunikasi dari angkasa luar dalam bentuk kode-kode bilangan prima.
Sumber: Abah Salma Arif Sampayya, keseimbangan Matematika dalam Al Qur`an, Penerbit Republika, Jakarta 2007
Sabtu, 05 Desember 2009
Kalimat Basmalah
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur an yang agung (QS.Al Hijr/15:87).
Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, Allah tidak menurunkan surat yang setara dengan itu baik dalam Taurat, Zabur, Injil, maupun kitab lain. Ia merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.”
Al Baihaqi (wafat tahun 458 H) meriwayatkan dari Abu
Huraira bahwa nabi Muhammad bersabda tentang al Fatihaha : “Dia adalah Umul Qur`an, dia adalah As Sab`ul Matsani dan dia adalah Al Qur an Al Azhim”
Satu-satunya surat yang memiliki kalimat basmalah dan dimasukkan sebagai kelompok ayat dan surat ini. Ibnu Abbas mengatakan : “Dasar al Fatihah adalah bismillahirrahmaanirrahiim”
Salah seorang pnulis resmi Al-Qur an, Khalid bin Sa`id bin al-As mngatakan : “saya adalah orang yang pertama menulis Bismillah ar-Rahman ar-Rahiim.”
Kalimat basmalah merupakan kunci yang sangat penting yang menjadi dasar Matematika Al Qur an
Sumber: Abah Salma Alif Sampayya, Keseimbangan Matematika dalam Al Qur`an, Jakarta, Penerbit Republika,2007
[1] Muhammad Nasir Ar Rifai, Ringkasa Tafsir Ibnu Katsir, jilid I, AlFatihah, Hal 51 bersumber dari HR.Tirmizi
[1] Al Itqan, Jilid I Hal. 153
[1] Muhammad Nasir Ar Rifai, Ringkasa Tafsir Ibnu Katsir, jilid I, AlFatihah, Hal 50
[1] As Suyuthi, ad-Dur al Manthur, i. Hal. 11
Perkembangan al-Qur`an
· Tahun 1143 al-Qur`an berbahasa Latin, Liber legis Saracenorum qun alcoran Vocant oleh Robert of Ketton
· Tahun 1530 al-Qur`an pertama kali dicetak di kota Bunduqiyyah (Venisia), Itali, yang kemudian gereja mengluarkan perintah untuk memabasminya.
· Tahun 1547 al-Qur`an diterjemahkan ke dalam bahasa Italia oleh Andrea Arrivabene dengan nama Alcorano di Macometto.
· Tahun 1616 al-Qur`an terjemahan bahasa Jerman, De Arabische Alcoran oleh Solomon Scheigger (seoarang pendeta).
· Tahun 1647 al-Qur`an berbahasa Prancis, L`alcoran de Mahomet translate d`arabe en francois oleh Andrew Du Ryer.
· Tahun 1649 al-Qur`an berbahasa Inggris oleh Alexander Ross.
· Tahun 1694 Hinkelman mencatak al-Qur`an di Hamburg, Jerman.
· Tahun 1698 al-Qur`an dengan terjemahan berbahasa Latin, Alcorani Textus Universus oleh Ludovico Marraci.
· Tahun 1772 al-Qur`an berbahasa Jerman, Die Turkische Bibel oleh DF Mergelin .
· Tahun 1787 percetakan umat Islam pertama yang didirikan oleh Malay Usman (Sultan Ottoman Turki) di St.Petersburg, Rusia.
· Tahun 1828 percetakan al-Qur`an muncul di Qazan, Rusia.
· Tahun 1834 al-Qur`an berbahasa Jerman oleh Gustav Leberecht Fluegel, Coranio Textus Arabicus.
· Tahun 1838 al-Qur`an dicetak di Persia (Iran).
· Tahun 1842 al-Qur`an terjmahan bahasa Jermann oleh Gustav Leberecht Fluegel, Concordanitiae corani Arabicae.
· Tahun 1877 al-Qur`an dicetak di Istanbul, Turki.
· Tahun 1923 al-Qur`an edisi mungil muncul di Kairo dibawah pengawasan Syaikhul Azhar (Rektor Universitas Al Azhar) yang disahkan oleh raja Fuad 1
· Tahun 1953 al-Qur`an berbahasa Inggris oleh Athur J.Arberry, The Holy Qur`an: An introductions with Selections.
· Tahun 1955 al-Qur`an berbahasa Inggris oleh Athur J.Arberry,The Holy Qur`an: The Koran Interpreted.
· Tahun 1966 Jerman Der Koran oleh Rudi Paret.
· Tahun 1967 Terjemahan al-Qur`an berbahasa Indonesia,